Minggu, 11 Maret 2012

Revolusi Perancis

Revolusi Perancis adalah masa dalam sejarah Perancis antara tahun1789 dan 1799  di mana para demokrat dan pendukung  republikanisme menjatuhkan monarki absolut di Perancis dan memaksa Gereja Katolik Roma menjalani restrukturisasi yang radikal.
Meski Perancis kemudian akan berganti sistem antara republik, kekaisaran, dan monarki selama 1 bulan setelah Republik Pertama Perancis jatuh dalam kudeta yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte revolusi ini dengan jelas mengakhiri ancien régime.

Sebab-sebab Revolusi Perancis mencakup hal-hal di bawah ini:
  • Kemarahan terhadap absolutisme kerajaan.
  • Kemarahan terhadap sistem seigneurialisme di kalangan kaum petani, para buruh, dan—sampai batas tertentu—kaum borjuis.
  • Bangkitnya gagasan-gagasan Pencerahan.
  • Utang nasional yang tidak terkendali, yang disebabkan dan diperparah oleh sistem pajak yang tak seimbang.
  • Situasi ekonomi yang buruk, sebagian disebabkan oleh keterlibatan Perancis dan bantuan terhadap Revolusi Amerika.
  • Kelangkaan makanan  di bulan-bulan menjelang revolusi.
  • Kemarahan terhadap hak-hak istimewa kaum bangsawan dan dominasi dalam kehidupan publik oleh kelas profesional yang ambisius.
  • Kebencian terhadap intoleransi agama.
  • Kegagalan Louis XVI untuk menangani gejala-gejala ini secara efektif.


Etats-Généraux 1789

Pembentukan Etats-Généraux menyebabkan berkembangnya keprihatinan pada pihak oposisi bahwa pemerintah akan berusaha seenaknya membentuk sebuah Dewan sesuai keinginannya. Untuk menghindarinya, Parlement Paris, setelah kembali ke kota dengan kemenangan, mengumumkan bahwa Etats-Généraux harus dibentuk sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam pertemuan sebelumnya. Meskipun kelihatannya para politikus tidak memahami "ketentuan-ketentuan 1614" ketika mereka membuat keputusan ini, hal ini membangkitkan kehebohan. Estates 1614 terdiri dari jumlah wakil yang sama dari setiap kelompok dan pemberian suara dilakukan menurut urutan, yaitu Kelompok Pertama (para rohaniwan), Kelompok Kedua (para bangsawan), dan Kelompok Ketiga (lain-lain), masing-masing mendapatkan satu suara.

Majelis Nasional

Pada tanggal 28 Mei 1789, Romo Sieyès memindahkan Estate Ketiga itu, kini bertemu sebagai Communes (bahasa Indonesia: "Majelis Perwakilan Rendah"), memulai pembuktian kekuasaannya sendiri dan mengundang 2 estate lainnya untuk ambil bagian, namun bukan untuk menunggu mereka. Mereka memulai untuk berbuat demikian, menyelesaikan proses itu pada tanggal 17 Juni. Lalu mereka mengusulkan langkah yang jauh lebih radikal, menyatakan diri sebagai Majelis Nasional, majelis yang bukan dari estate namun dari "rakyat". Mereka mengundang golongan lain untuk bergabung dengan mereka, namun kemudian nampak jelas bahwa mereka cenderung memimpin urusan luar negeri dengan atau tanpa mereka.

Majelis Konstituante Nasional

Serbuan ke Bastille

Pada tanggal 11 Juli 1789, Raja Louis, yang bertindak di bawah pengaruh bangsawan konservatif dari dewan kakus umumnya, begitupun permaisurinya Marie Antoinette, dan saudaranya Comte d'Artois, membuang menteri reformis Necker dan merekonstruksi kementerian secara keseluruhan. Kebanyakan rakyat Paris, yang mengira inilah mulainya kup kerajaan, turut ke huru-hara terbuka. Beberapa anggota militer bergabung dengan khalayak; lainnya tetap netral.
Pada tanggal 14 Juli 1789, setelah pertempuran 4 jam, massa menduduki penjara Bastille, membunuh gubernur, Marquis Bernard de Launay, dan beberapa pengawalnya. Bastille menjadi simbol potensial bagi segala sesuatu yang dibenci pada masa ancien régime. Kembali ke Hôtel de Ville (balai kota), massa mendakwa prévôt des marchands (seperti walikota) Jacques de Flesselles atas pengkhianatan; pembunuhan terhadapnya terjadi dalam perjalanan ke sebuah pengadilan pura-pura di Palais Royal.

Perang Revolusi Perancis

Perang Revolusi Perancis adalah serangkaian konflik besar dari 1792 sampai 1802 antara Pemerintahan Revolusi Perancis dan beberapa negara Eropa. Ditandai dengan semangat revolusioner Perancis dan inovasi militer, perang ini menyaksikan kemenangan Pasukan Revolusi Perancis yang mengalahkan sejumlah koalisi yang menentang mereka dan memperluas kekuasaan Prancis ke Negara Rendah, Italia, dan Rheinlandia. Perang ini melibatkan jumlah tentara yang besar, terutama karena penerapan pengerahan massa modern.
Perang Revolusi Prancis umumnya dibagi antara perang Koalisi Pertama (1792-1797) dan Koalisi Kedua (1798-1801), walaupun Perancis sedang berperang dengan Kerajaan Britania Raya terus 1793-1802. Permusuhan berhenti dengan Persetujuan Amiens tahun 1802, tetapi konflik segera dimulai lagi dengan dimulainya Peperangan era Napoleon. Perjanjian Amiens biasanya dianggap sebagai penanda akhir dari Perang Revolusi Perancis, namun peristiwa lain sebelum dan sesudah 1802 telah diusulkan untuk menjadi titik awal dari Perang Napoleon. Kedua konflik tersebut bersama-sama membentuk apa yang kadang-kadang disebut sebagai "Perang Besar Perancis".

 


 

 


 


 


2 komentar: